Seiring dengan bertambahnya jumlah mesin2 kendaran dan mesin pabrik yg mengkonsumsi BBM setiap tahunnya, ditambah resiko gejolak politik, sosial dan keamanan di negara penghasil BBM yg sewaktu2 mungkin terjadi, hal ini akan mengakibatkan harga perdagangan BBM dunia terus melambung tinggi.
Di Indonesia sendiri subsidi BBM yg ditanggung APBN pemerintah cukup besar, menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Kementerian Keuangan, Rabu (20/4) menyebutkan pada tahun 2011, subsidi BBM diperkirakan mencapai Rp95,9 triliun (http://www.metrotvnews.com/read/newscatvideo/ekonomi/2011/04/20/126649/anggaran Subsidi-BBM-dan-Listrik-Naik)
Berangkat dari keprihatinan diatas mendorong saya sebagai hobyis dan juga temen2 lainnya, baik dari kalangan ilmuan, akademisi maupun praktisi untuk mencari bahan bakar alternatif selain BBM, salah satunya yaitu bahan bakar dari air (water fuel system) atau BBC (bahan bakar cai)
Perkembangan bahan bakar air, lahir dari orang2 yang punya jiwa kreatif, inovatif dan mau berkorban untuk kepentingan yg lebih luas dengan tujuan bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, dan berharap terwujud industri kreativitas yg lahir dari kemandirian anak bangsa itu sendiri.
Bahan bakar air terdiri dari berbagai model dengan teknis yg berbeda2 secara keseluruhan intinya sama, yaitu merubah melekul air menjadi gas hydrogen, gas inilah yg kemudian dijadikan bahan bakar.
Adapun dalam penerapan di Indonesia, saya belum menemukan publikasi mesin yang benar2 murni berbahan bakar air (kalaupun ada masih pada tahap finishing lab/observasi), jadi aplikasinya baru sebatas menggabungkan alat penghasil gas hydrogen dengan BBM atau yg disebut HHC (hybrid hydro cycklo), dimana konsumsi bahan bakarnya didrop oleh dua bahan bakar (hybrid fuel system)
Ada beberapa kelebihan jika alat HHC penghasil gas hydrogen ini diterapkan :
Kelebihan pertama, gas hydrogen yg dihasilkan dari alat, tidak harus dibeli alias gratis untuk dipakai cuma2, selama alat tersebut diterapkan pada mesin, maka gas hydrogennya akan tersedia, jika mesin dalam keadaan hidup dan jika mesin dalam keadaan mati maka gas hydrogennyapun mati atau tidak tersedia (fuel gas out system).
Kelebihan kedua, tidak ada perubahan kondisi/sistem mesin maupun perubahan lainnya pada kendaraan atau mesin, hanya penambahan alat yg diletakan pada tempat2 tertentu saja.
Kelebihan ketiga menambah jarak atau waktu tempuh, misalkan sebelum pake alat ini, suatu kendaraan mengkonsumsi BBM untuk satu liter menempuh jarak 15 km, setelah memakai alat ini, jarak tempuhnya bertambah menjadi 20 - 30 km (tergantung kondisi mesin, cc, jumlah silinder, kelistrikan dll).
Hal ini terjadi karena dua hal, pertama ada peningkatan oktan dalam bahan bakar setelah bergabung antara BBM dengan HHC dalam pembakaran dalam mesin, kedua konsumsi bahan bakar didrop oleh dua sistem bahan bakar yakni BBM dan alat HHC yang meng suply sejumlah gas hydrogen, sehingga volume bahan bakar bertambah.
Demikian juga pada mesin stasioner seperti genset, umpama untuk menghasilkan listrik selama 24 jam membutuhkan solar sebanyak 20 liter, jika pake alat HHC ini maka waktu hidup mesin bertambah dari 24 jam menjadi 36 - 48 jam (tergantung kondisi mesin juga), hal ini karena volume bahan bakarnya menjadi dua, yaitu solar dan hydrogen.
Kelebihan keempat : dapat mereduksi gas buang CO dan HC dibawah batas ambang yg ditetapkan undang2, yakni 4,5 % untuk CO dan 1200 untuk HC, hasilnya akan jauh dibawah batas ambang itu, meskipun kondisi mesin tidak begitu prima.
Kelebihan kelima : dapat memperpanjang usia pakai mesin, hal ini di mungkinkan karena : pertama bahan bakar HHC dan BBM mengandung oktan yg sangat tinggi (mudah terbakar) efeknya adalah mesin mudah hidup maka busi, stater dan accu/aki beserta kelistrikannya, akan menjadi lebih awet, kedua HHC mengandung pengkabutan air yang akan membantu fungsi pendingin oli dan air radiator, pada saat pembakaran dalam berlangsung, sehingga mesin bertambah dingin.
Kelebihan keenam benarkah jika BBM naik tidak keberatan ?
Dari kelebihan ketiga diatas yakni menambah jarak dan waktu tempuh, secara sederhana dapat dihitung kalkulasi financialnya sebagai berikut :
Pertama untuk jarak :
Jika harga premium Rp 4.500, sebelum pake alat, suatu kendaraan perbandingan konsumsi dan jarak tempunya misalkan 1 liter untuk 15 km (1:5) artinya Rp 4.500
untuk jarak 15 km.
Jika harga premium naik menjadi Rp 6.500 dan diterapkan alat ini, maka jarak tempuhnya akan bertambah dari 15 km menjadi 30 km (1:30) artinya Rp 6.500 untuk jarak 30 km.
Hasil akhirnya, yg tidak pake alat dan belum naik BBM menjadi Rp 300/km (4.500/15) sedang untuk yg pake alat dan sudah naik BBM nya, menjadi Rp 217/km (6.500/30).
Kedua untuk waktu :
Pada mesin genset, umpama untuk menghasilkan listrik selama 24 jam membutuhkan solar sebanyak 20 liter dgn harga solar per liter Rp 4.500 dan belum pake alat, maka biaya yg dibutuhkan per jam sebesar Rp 3.750 per jam (4.500x20/24)
Jika harga solar naik menjadi Rp 6.500 dan diterapkan alat ini, maka waktu tempuhnya akan bertambah dari 24 jam menjadi 48 jam, maka biaya yg dibutuhkan per jam sebesar Rp 2.710 per jam (6.500x20/48).
Catatan : kondisi mesin prima
Dengan demikian penerapan alat BBC tidak menjadi keberatan jika harga BBM naik, bahkan kemungkinan akan meredam gejolak kenaikan harga sebagai akibat kenaikan harga BBM.
Jika BBM naik artinya subsidi berkurang, biaya ini dapat dipakai pemerintah untuk keperluan pembangunan lainnya, dalam hal ini pemerintah cukup mendorong industri kreatifitas bahan bakar cai/air ini untuk anak negri sehingga akan mendorong untuk membuka kesempatan pekerjaan baru bagi anak2 bangsa ini sebab industri kreatifitas ini tidak akan mengganggu industri BBM sebab akan terbatas pada home industri dan penggunaannya terbatas pada lingkungan masyarakat yg tak mampu mengejar kenaikan BBM
Kelemahan HHC :
HHC ini lahir dari kreativitas orang2 yg secara financial tidak begitu kaya dan umumnya tidak mempunyai akses yg bagus terhadap kekuasaan dan tidak mungkin dapat bersaing dengan pemodal besar yg sudah menginvestasikan modal yg cukup besar pada industri BBM, jadi sangat mudah untuk digusur atau diabaikan oleh oknum2 pemerintah, politisi maupun pengusaha jika merasa kepentingannya terganggu atau kurang sejalan. hal ini dimungkinkan karena kurang komunikasi dengan baik antara kedua belah pihak, sehingga hasil pemikiran kreatifitas orang2 HHC tidak akan berkembang dengan pesat pada tahap aplikasinnya.
Jika disosialisasikan dengan benar maka industri kreatifitas anak bangsa ini akan menjadi mitra pendamping industri besar BBM, sebagai sumber daya alam yg tidak dapat diperbaharui, paling tidak dapat memperpanjang usia pakai BBM sebelum habis. Dengan demikian bangsa ini terhindar dari kemunduran suply energi dimasa mendatang
Majulah BBM majulah HHC go green world together, save energy save money for our future, peace ..........
ttd
chevi noorcholis
HHC 4 all
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yth Bapak Chevi,
BalasHapusberapa harga alat tersebut ?
Bagaimana kalo saya berencana alat tersebut akan saya jual lagi, Cara pemasangan nya apakah mudah ?
Terima kasih